Senin, 06 Desember 2010

Potensi Bahaya Gunung Bromo

Dalam beberapa hari terakhir aktivitas Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sempat meningkat.  Abu vulkanik terus menyembur dari kawah Bromo. Gempa vulkanik maupun tremor masih terjadi.

Berdasarkan sejarah dan sejumlah data geologi, Gunung Bromo memiliki tiga potensi bahaya.  Ancaman tersebut adalah lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan gas beracun.

Lontaran batu pijar merupakan pecahan batuan gunung berapi berupa bongkahan atau bom vulkanik  dan batuan lapili yang dilontarkan dari kawah saat gunung meletus.  Pada letusan freatik, lontaran batu tidak membara. Tapi pada letusan magmatik, material tersebut berpijar.

Lontaran batu pijar ini menyebar ke berbagai arah dan dapat berakibat fatal bagi kehidupan di sekitar. Jika lontaran batu pijar jatuh di kawasan hutan, pertanian, perkebunan, dan bangunan, kebakaran rentan terjadi. Cara terbaik untuk menyelamatkan diri adalah dengan meninggalkan daerah jangkauan sebelum terjadi letusan. Lontaran batu pijar Bromo hanya jatuh di sekitar kawah dan dasar lautan pasir atau kaldera. Radius lontaran berkisar dua kilometer.

Ancaman lain adalah hujan abu lebat. Ini adalah hujan rempah vulkanik berbutir halus yang terdiri dari material lempung atau pasir (H 2 mm).  Hujan abu lebat yang bersifat lembab atau basah, dengan ketebalan lebih dari 4 sentimeter dapat merobohkan bangunan serta merusak hutan dan tanaman pertanian.

Jika hujan abu jatuh ke kolam sumber air atau bak penampungan, maka air akan terkontaminasi dan tingkat  keasaman akan meningkat. Akibat lain dari bahaya hujan abu adalah iritasi pada mata dan penyakit saluran pernafasan. Pada saat hujan abu sebaiknya orang berlindung di bawah bangunan kokoh serta memakai kacamata, kain basah, penutup hidung, atau masker.

Atap bangunan yang tertutup endapan abu harus segera dibersihkan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Hujan abu dapat terjadi di sekeliling Bromo dengan jari-jari enam kilometer dari kawah.

Dalam keadaan aktif normal maupun sedang meletus, Bromo dapat mengeluarkan gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan. Secara umum bahan gas vulkanik Bromo dapat berupa mofet, solfatara, atau fumarol.

Mofet adalah hembusan gas vulkanik mengandung COo dan CO2 yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa sehingga berakibat fatal (kematian) bagi orang dan binatang yang menghirupnya. Konsentrasi gas beracun ini meningkat di dalam kawah pada saat meletus, atau pada saat cuaca mendung, berkabut, hujan, dan tidak ada angin.

Jika gas beracun mulai keluar, penduduk dan wisatawan dilarang turun ke kawasan kawah. Pada musim kemarau, gas beracun mengendap di permukaan tanah dan dikenal sebagai "bun upas" (embun berbisa) oleh penduduk setempat. Embun berbisa ini dapat merusak serta mematikan tanaman, seperti sayur mayur dan kentang. Untuk menghindari embun berbisa , para wisatawan dilarang berkemah di lautan pasir kaldera.

Solfatara adalah hembusan gas vulkanik yang banyak mengandung unsur belerang. Gas ini mudah dikenali karena berbau seperti telur busuk. Biasanya gas belerang membentuk endapan belerang berwarna kuning dan berasa asam di lubang asap. Dalam konsentrasi tinggi, solfatara berbahaya bagi kehidupan. Fumarol adalah hembusan gas vulkanik yang banyak mengandung uap air (H2O). Fumarol ini tidak beracun tetapi sebaiknya tetap diwaspadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More