Rabu, 14 September 2011

Sebulan Ngemis Rp 18 Juta. . . . . .

- Setara Manajer Senior
- Dikelola "Event Organizer"

Palmerah, Warta Kota

[Image: 1441043620X310.jpg]
gambar ilustrasi dari kompas.com

MENJADI pengemis ternyata bisa kaya raya. Penghasilan seorang pengemis setiap bulannya bisa mencapai Rp 18 juta, atau setara dengan penghasilan manajer di sebuah perusahaan besar.

Subandi, bukan nama sebenarnya, biasa mengemis di perempatan Cempakaputlh atau yang dikenal dengan sebutan perempatan Coca-Cola. Jam kerjanya dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00.

Rata-rata lampu merah di perempatan tersebut menyala 60 detik, demikian juga dengan lampu hijaunya. Dengan kata lain, dalam satu Jam lampu merah rata-rata menyala 30 kali, sehingga Subandi memiliki kesempatan untuk meminta-minta kepada pengendara sebanyak 30 kali pula.

Dalam setiap meminta-minta, kata Subandi, dia rata-rata mendapat Rp 2.000. Sehingga, dalam satu Jam atau 30 kali lampu merah menyala, dia berhasil mengumpulkan Rp 60.000. Karena dalam sehari Jam kerjanya sampai 10 Jam, maka dia bisa mengantongi uang sekitar Rp 600.000. Dengan kata lain, dalam sebulan pendapatannya Rp 18 juta.

Tapi memang tidak semua uang hasil mengemis Itu masuk ke kantong Subandi. Menurut pria yang menderita kebutaan sejak lahir Itu. sebagian harus dia berikan kepada penuntunnya dan sebagian lagi disetorkan kepada koordinator keamanan yang menguasai wilayah tersebut. Hasil bersihnya paling 60 persen dari pendapatan." katanya.

Subandi mengaku berasal dari Indramayu. Dia ke Jakarta awalnya diajak dua saudaranya yang sudah lama menjadi pengemis. Di Ibu Kota Ini dia tinggal tak Jauh dari tempat mangkal-nya. "Saya mengontrak rumah bersama saudara-saudara saya.* katanya.

Dari hasil mengemis. Subandi dan saudara-saudaranya sudah memiliki rumah permanen dan beberapa bidang tanah di Indramayu. Dia mengaku baru akan berhenti mengemis setelah merasa fisiknya tak kuat lag).

Subandi hanya salah satu contoh pengemis yang biasa beroperasi di persimpangan jalan di Jakarta. Masih ratusan orang lainnya yang berprofesi seperti dia dan tersebar di berbagai penjuru Ibu Kota.

Dikelola

Pengemis Juga menjadi Incaran segelintir orang yang menjadikannya lahan untuk bisnis. Orang Ini tampil sebagai koordinator yang mengangkut pengemis dari kampung dan memberi tempat tinggal di Jakarta.

Sang koordinator Juga mencarikan tempat mangkal dan setiap hari mengantar dan menjemput dengan mobil-mobil yang disiapkannya. Dan pengemis Itulah koordinator mengambil untung.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Effendi Anas mengakui adanya praktik bisnis pengemis yang didalangi oknum atau orang-orang yang kreatif. DI antaranya adalah rombongan pengemis musiman dari Indramayu.

"Kenyataannya seperti Itu. Para pengemis yang terdiri dari orang cacat dan anak balita dikoordinasi oleh Jaringan semacam event organizer kata pria yang akrab disapa Effan.

Menurut Effendi, pihaknya pernah menangkap koordinator pengemis. Berdasarkan pengalamannya dalam pelbagai operasi penertiban, dia menengarai Jaringan pengemis Itu mempunyai semacam standar operasional prosedur (SOP) tersendiri. Setiap dirazia, para pengemis Itu terlihat kompak dan secara sistematis mencoba menghalang-halangi petugas.

Effendi mengatakan, para pengemis Juga sudah mengantongi trik atau cara melarikan diri Jikadikejar petugas. Ini kan kelihatan sekali ada yang mengoordinasi, sebab Jika ada petugas mereka langsung lari ke arah yang sulit dikejar. Padahal, mereka adalah para pengemis baru di situ." katanya.

Menurut Effan. ciri-ciri pengemis yang terkoordinasi biasanya didrop antara pukul 05.00-06.00, sementara penjemputan dilakukan sekitar pukul 20.00-21.00. Sedangkan pengemis lokal atau yang beroperasi sendiri-sendiri biasanya bekerja tanpa batas waktu, kadang sampai larut malam masih berada di Jalanan.

Rp 100 juta/bulan

Menjadi event organize? pengemis temyata sangat menjanjikan. Setiap bulan dia bisa mengantongi rata-rata Rp 100 Juta Jika bisa mengoordinasi minimal 20 pengemis.

Penghasilan Itu diperoleh dari pungutan atau fee sebesar 1/3 jumlah penghasilan pengemis setiap harinya. Jika seorang pengemis berpenghasilan Rp 600.000. sang EO mendapat Rp 200.000. Kalau dia mengelola 20 orang maka total yang diperolehnya dalam sehari mencapai Rp 4 Juta dan dalam sebulan Rp 120 Juta. Dari Jumlah Itu. dia bisa mengantongi pendapatan bersih Rp 100 Juta setelah dipotong uang sewa rumah dan transpor mengantar dan menjemput para pengemis.

Adanya mafia pengemis ini diamini Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait. Mcnurut dia. para pengemis, khususnya yang menggunakan anak balita, di sejumlah titik keramaian di Jakarta sebagian besar merupakan sebuah Jaringan mafia. Mereka mengendalikan bisnis sewa-menyewa anak.

Dugaan adanya sindikat pengemis yang memanfaatkan para anak balita ini terlihat dari ketahanan anak-anak yang dibawa mengemis. Meski berpanas-pa-nasan atau kehujanan. anak-anak kecil Itu terlihat tetap tenang.

Arist Juga curiga adanya penggunaan obat-obatan tertentu yang membuat para anak balita Itu tetap terlihat tenang sekalipun dibawa panas-panasan atau kehujanan. Harusnya, kata dia. Pemprov DKI Jakarta bekerja keras untuk membongkar sindikat pengemis yang menggunakan anak-anak kedl Itu. Sebab cara seperti Itu Jelas-jelas melanggar hukum. Arist kemudian menyebut, dari hasil penelusuran yang dilakukan Komnas PA. di Jakarta paling tidak ada 25 titik lokasi pengemis. Sementara di daerah penyangga, seperti Depok. Bekasi. Bogor, dan Tangerang, terdapat belasan titik.

Sumber:
Headline Warta Kota edisi 12 september 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More