This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 06 Desember 2010

Keistimewaan Yogya Harus Dipertahankan





Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan, partainya mendukung penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur DI Yogyakarta dan Paku Alam sebagai wakilnya. Proses penetapan kepala daerah DIY masih menjadi kontroversi menyusul belum rampungnya pembahasan RUU Keistimewaan DIY.
"Sikap PAN tetap Sultan sebagai Gubernur dan Paku Alam sebagai Wakilnya. Kan Jogja (Yogyakarta) daerah istimewa. Bisa jadi akan ada batasan waktu sampai kapan. Tapi untuk saat ini, penetapan merupakan jalan terbaik untuk keistimewaan Jogja," kata Viva di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/12/2010).
Dia mengatakan, untuk beberapa daerah tertentu, keistimewaan dan kekhususan yang dijamin secara konstitusional harus dipertahankan. Hal itu, menurutnya, merupakan bagian dari warna demokrasi di Indonesia.
"Jogja tidak bisa disamakan dengan daerah lain. Ada keunikan sejarah dan secara konstitusional dijamin UUD. Selama budaya dan kekhasan itu tidak bertentangan dengan demokrasi, maka layak dipertahankan," ujarnya.
Mengenai survei internal Kementerian Dalam Negeri yang menyatakan bahwa 71 persen masyarakat Yogyakarta menghendaki pemilihan langsung, dia menilai hal itu tak valid sebab tak jelas dilakukan oleh lembaga mana.
Dalam sebuah diskusi akhir pekan lalu, Dirjen Otonomi Daerah Djohermansyah Djohan mengatakan hal tersebut. Namun, dia mengaku lupa lembaga mana yang melakukan survei itu.
"Harus jelas, itu lembaga apa yang melakukan survei. Selama ini kan tidak pernah ada kelompok masyarakat pro-pemilihan yang melawan atau menentang yang pro-penetapan," kata Viva.

Warga Dekat Bromo Pilih Pakai Sarung daripada Masker

Dua ribu masker yang diberikan Pemerintah Kabupaten Malang dua hari lalu belum dipakai warga Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo. Padahal, masker diberikan untuk mencegah gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik Bromo, gunung berapi yang berdekatan dengan Ngadas.

Nurjono mengaku sudah menerima masker dan sampai sekarang masih disimpan di rumahnya di RT 07/RW 01. Ia lebih suka memakai sarung untuk melindungi hidung dan mulutnya. “Warga di sini lebih terbiasa dengan menggunakan sarung di luar rumah,” kata Nurjono kepada Tempo, Senin (29/11).

Pernyataan Nurjono dibenarkan dua rekannya, Wahyudi dan Harjo. Warga Ngadas terbiasa membawa sarung yang dililitkan di leher atau diselempangkan di bahu. Sarung dinilainya lebih berguna daripada masker karena sarung bisa dipakai pula untuk melindungi kepala dari siraman debu, atau melindungi tubuh dari hawa dingin.

Kepala Desa Ngadas Kartono juga menyatakan hal serupa. Masker sejauh ini masih belum diperlukan warga untuk dipakai. Penggunaan sarung sudah menjadi tradisi turun-temurun di Ngadas dan desa sekitarnya sehingga mirip “sarung kebangsaan”.

“Kami di sini lebih suka pakai sarung untuk melindungi diri, tapi bukan berarti sosialisasi penggunaan masker di sini gagal. Mungkin karena waktunya belum tepat saja,” kata Kartono di kantornya.

Desa Ngadas dihuni 479 keluarga dengan 1.781 jiwa yang bersuku Jawa dan Tengger. Penduduk mendiami dua dusun. Dusun Ngadas dihuni 358 keluarga dengan 1.316 jiwa (680 laki-laki dan 636 perempuan). Sebanyak 121 keluarga dengan 465 jiwa (222 pria dan 243 wanita) mendiami Dusun Jarak Ijo.

Penduduk Ngadas beragama Islam (30 persen), Hindu (30 persen), dan Buddha (40 persen). Bagi suku Tengger, Bromo menjadi tempat arwah leluhur mereka bersemayam sehingga letusan Bromo dianggap sebagai hajatan (nyambut gawe) untuk “bersih-bersih” dengan memuntahkan asap dan debunya.

Dengan kepercayaan tersebut, suku Tengger tetap bersikap tenang dan sabar. Sikap serupa ada pada suku Jawa. Sikap tenang dan sabar pun didukung oleh fakta posisi Ngadas yang jauh dari pusat semburan, terpaut jarak sekitar 15 kilometer. Laporan terakhir yang diterimanya, abu vulkanik Bromo hanya melewati hutan dekat Jarak Ijo dan masih berjarak 5 kilometer dari Ngadas.

Potensi Bahaya Gunung Bromo

Dalam beberapa hari terakhir aktivitas Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sempat meningkat.  Abu vulkanik terus menyembur dari kawah Bromo. Gempa vulkanik maupun tremor masih terjadi.

Berdasarkan sejarah dan sejumlah data geologi, Gunung Bromo memiliki tiga potensi bahaya.  Ancaman tersebut adalah lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan gas beracun.

Lontaran batu pijar merupakan pecahan batuan gunung berapi berupa bongkahan atau bom vulkanik  dan batuan lapili yang dilontarkan dari kawah saat gunung meletus.  Pada letusan freatik, lontaran batu tidak membara. Tapi pada letusan magmatik, material tersebut berpijar.

Lontaran batu pijar ini menyebar ke berbagai arah dan dapat berakibat fatal bagi kehidupan di sekitar. Jika lontaran batu pijar jatuh di kawasan hutan, pertanian, perkebunan, dan bangunan, kebakaran rentan terjadi. Cara terbaik untuk menyelamatkan diri adalah dengan meninggalkan daerah jangkauan sebelum terjadi letusan. Lontaran batu pijar Bromo hanya jatuh di sekitar kawah dan dasar lautan pasir atau kaldera. Radius lontaran berkisar dua kilometer.

Ancaman lain adalah hujan abu lebat. Ini adalah hujan rempah vulkanik berbutir halus yang terdiri dari material lempung atau pasir (H 2 mm).  Hujan abu lebat yang bersifat lembab atau basah, dengan ketebalan lebih dari 4 sentimeter dapat merobohkan bangunan serta merusak hutan dan tanaman pertanian.

Jika hujan abu jatuh ke kolam sumber air atau bak penampungan, maka air akan terkontaminasi dan tingkat  keasaman akan meningkat. Akibat lain dari bahaya hujan abu adalah iritasi pada mata dan penyakit saluran pernafasan. Pada saat hujan abu sebaiknya orang berlindung di bawah bangunan kokoh serta memakai kacamata, kain basah, penutup hidung, atau masker.

Atap bangunan yang tertutup endapan abu harus segera dibersihkan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Hujan abu dapat terjadi di sekeliling Bromo dengan jari-jari enam kilometer dari kawah.

Dalam keadaan aktif normal maupun sedang meletus, Bromo dapat mengeluarkan gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan. Secara umum bahan gas vulkanik Bromo dapat berupa mofet, solfatara, atau fumarol.

Mofet adalah hembusan gas vulkanik mengandung COo dan CO2 yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa sehingga berakibat fatal (kematian) bagi orang dan binatang yang menghirupnya. Konsentrasi gas beracun ini meningkat di dalam kawah pada saat meletus, atau pada saat cuaca mendung, berkabut, hujan, dan tidak ada angin.

Jika gas beracun mulai keluar, penduduk dan wisatawan dilarang turun ke kawasan kawah. Pada musim kemarau, gas beracun mengendap di permukaan tanah dan dikenal sebagai "bun upas" (embun berbisa) oleh penduduk setempat. Embun berbisa ini dapat merusak serta mematikan tanaman, seperti sayur mayur dan kentang. Untuk menghindari embun berbisa , para wisatawan dilarang berkemah di lautan pasir kaldera.

Solfatara adalah hembusan gas vulkanik yang banyak mengandung unsur belerang. Gas ini mudah dikenali karena berbau seperti telur busuk. Biasanya gas belerang membentuk endapan belerang berwarna kuning dan berasa asam di lubang asap. Dalam konsentrasi tinggi, solfatara berbahaya bagi kehidupan. Fumarol adalah hembusan gas vulkanik yang banyak mengandung uap air (H2O). Fumarol ini tidak beracun tetapi sebaiknya tetap diwaspadai.

Jumat, 26 November 2010

Serang Korsel, Korut Gunakan Roket


Rudal yang menyerang Korsel (Foto: Getty Images)
SEOUL - Seorang politisi Korea Selatan (Korsel) memperlihatkan sebuah selongsong roket yang digunakan Korea Utara (Korut) untuk menyerang Pulau Yeonpyeong. 
Hal ini membuktikan Korut menggunakan senjata berdaya ledak tinggi untuk menyerang warga sipil Korsel.

Park Sang Eun, politisi yang berasal dari Partai Grand National, memperlihatkan selongsong roket yang kondisinya sudah tidak berbentuk dan gosong seusai melakukan pertemuan dengan para petinggi partai. Park mengaku mengambil selongsongan roket saat mengunjungi Pulau Yeonpyeong.

"Sebagian besar selongsong roket yang ditemukan berasal dari peluncur roket ganda," ujar Park seperti dikutip AFP, Kamis (25/11/2010).

"Roket-roket ini jatuh di perumahan sipil, kantor pemerintah, dan klinik pengobatan, selain target yang diarahkan kepada fasilitas militer," lanjut Park.

Sebuah peluncur roket ganda yang biasanya dipasang di truk atau tank, bisa menembakkan roket tak terarah dalam kecepatan tinggi. Hal ini dapat menyebabkan ledakan berangkai terhadap target yang diincar.

Park memperlihatkan dua selongsong peluru sepanjang 122 milimeter. Dia mengaku menemukannya di sebuah instalasi militer dan satunya lagi ditemukan di halaman belakang kantor pos Pulau Yeonpyeong.

Selasa, 23 November 2010

Penggunaan dana pendidikan 20% melenceng

Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negri dimina membuat ketentuan bersama untuk mengatur penggunaan 20% anggaran pendidikan karena pemanfaatannya oleh pemerintah kabupaten/kota  masih melenceng.

“Belum ada pemahanan yang baik bagaimana pemanfaatan anggaran tersebut sehingga perlu penataan dan perbaikan agar penggunaannya efektif dan efisisien," kata Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), kemarin.

Menyambut HUT PGRI sekaligus peringatan puncak Hari Guru Nasional (HGN), Sulistiyo mengatakan pihaknya perlu melaporkan pada Presiden SBY bahwa setelah ditetapkan anggaran pendidikan 20% dari APBN ternyata di kabupaten/kota anggaran pendidikannya malah menurun dibandungkan dengan tahun lalu.

Sulistiyo mencontohkan pemerintah provinsi yang tidak menanggung gaji guru dan pendidikan kedinasan itu memiliki dana yang besar. Namun, pengalokasian anggaran dan pemanfaatannya justru tidak dalam wewenangnya, seperti untuk keperguruan tinggi. Padahal hal itu wewenang pemerintah pusat.

Di tingkat pemkab/pemkot, setelah anggaran pendidikan dalam APBD dikurangi gaji guru, saat ini banyak anggaran pendidikan yang kurang dari 10% sehingga prioritas peningkatan SDM guru terabaikan.

“Malah terjadi gaji ke-13 guru yang seharusnya dibayarkan, tetapi pemerintah kabupaten anggarannya defisit maka gaji itu digunakan dulu untuk menutupi defisit. Di berbagai daerah nasib guru dan tenaga pendidikan masih memprihatinkan,” kata Sulistiyo.

Meski demikian, dia mengakui dalam 3 tahun terakhir pemerintah terutama Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional Baedhowi mengakomodasi masukan-masukan PGRI sehingga pada HGN juga akan diberikan penghargaanpada pemerintah kabupaten/kota yang memiliki komitmen tinggi pada pendidikan.

“Upaya memuliakan guru sangat nampak dan PGRI juga sedang melakukan upaya serius agar kinerja guru menjadi lebih baik. Oleh karena itu Presiden SBY akan memberikan anugerah kepada tiga gubernur dan tujuh bupati/walikota yang mempunyai komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan khususnya peningkatan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan," tambahnya.

Presiden juga dijadwalkan akan mencanangkan guru sebagai profesi yang akan menjadi tonggakawal bangkitnya apresiasi pemerintah dan masyarakat terhadapprofesi guru ditandai dengan dilakukannya reformasi profesi guru,peningkatan kualifikasi,kompetensi, sertyifikasi, pemberian penghargaan, perbaikan kesejahteraan danperlindungan hukum, kata Sulistiyo.

“Kami menunggu lahirnya peraturan mengenai guru dan tenaga pendidikan tidak tetap (honorer). Perlu ada peraturan pemerintah yang lengkap tentang pegawai tidak tetap (PTT) mulai sistem rekrutmen, kompensasi gaji, pembinaan, kesejahteraan, pengembangan karir, perlindungan hingga jaminan hari tua,” ungkapnya.

Aneh, DNA Virus HIV Bisa Jadi Alunan Musik


Headline 


Kita sudah tahu bahayanya penyakit AIDS. Namun, mungkin Anda akan kaget jika mendengar alunan nada dari karakteristik DNA penyakit berbahaya ini.

Alexandra Pajak, mahasiswa pascasarjana University of Georgia, menciptakan cara baru dalam melihat kerumitan HIV dengan menggabungkan struktur biologis penyakit tersebut dengan musik.

Selama beberapa bulan, Pajak secara hati-hati mepelajari perbedaan tipe DNA yang membentuk virus AIDS dan mengaransemen ini ke dalam satuan musik untuk masing-masing unsur. Hasilnya, Pajak mampu membuat 17 track lagu dalam album berdurasi 52 menit. Album ini dijuluki 'Suara HIV'.

Saya ingin menunjukkan semua sifat yang terkandung di DNA HIV, kata Pajak. Ini adalah cara baru bagi setiap orang untuk belajar memahami penyakit ini.

Mahasiswa pascasarjana yang sempat mempelajari musik di Agnes Scott College ini mengatakan bahwa proyek tersebut membutuhkan waktu tiga bulan untuk menyelesaikannya. Ia ingin menyusun terjemahan musik paling akurat dalam menggambarkan kode genetik HIV.
Pajak mengatakan bahwa ia pertama kali mendobrak nukleotida dasar di dalam DNA, secara singkat diberinama ilmiah A, C, T dan G. Untunngya, ini dapat dimanfaatkan dalam menentukan skala musik.

Ada banyak logika yang terlibat, ujar Pajak. Ia juga membuat nada bagi 20 asam amino dan protein sebagai skala A-minor. "Ketika Anda mendengar musik ini maka Anda benar-benar mendengar seluruh genom yang terdapat di virus HIV. Ini sangat menyenangkan," kata Pajak lagi.

Ia menulis dan menciptakan seluruhnya pertama kali di nada klasik keyboard. Selanjutnya, ia meminta band instrumental Sequence Ensemble untuk membuat musik akhir. Band ini memanfaatkan piano, fluet, klarinet dan beberapa alat musik lain.[

Penderita HIV - AIDS di Kota Cimahi Meningkat

CIMAHI, (PRLM).-Peningkatan epidemi penyakit Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS) pada tahun 2008, Jawa Barat menempati peringkat pertama di Indonesia, dengan jumlah kasus sebanyak 2.888 kasus. Kemudian diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta. Beberapa faktor risiko yang mempercepat meningkatnya prevalensi infeksi HIV AIDS di Jawa Barat, di antaranya tingginya hubungan seksual di luar nikah dan pranikah, tingginya pecandu narkotik suntik, dan kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cimahi mencatat, pengidap penyakit HIV-AIDS di Kota Cimahi pada tahun 2010 sebanyak 129 kasus temuan. Jumlah penderita tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 111 kasus temuan. Hingga beberapa waktu lalu, diketahui penderita yang memeriksakan dirinya ke RSUD Cibabat, tercatat sebanyak 55 orang. Berdasarkan data tersebut, KPA Kota Cimahi mengajak kepada seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi penyakit menular itu.
Ketua Pelaksana Harian KPA Kota Cimahi, Eddy Rachmat mengatakan, akan membentuk suatu sistem koordinasi terpola untuk menanggulangi HIV-AIDS di Kota Cimahi. Diakui Eddy, saat ini sistem yang dijalankan KPA Kota Cimahi dilaksanakan secara parsial, sehingga penanggulangan HIV-AIDS di Kota Cimahi kurang berjalan optimal.
“Penanggulangan HIV-AIDS perlu dukungan semua pihak dan tidak bisa dijalankan oleh satu pihak saja, perlu dukungan semua pihak,” kata Eddy seusai menghadiri rapat koordinasi KPA Kota Cimahi di Aula B Pemkot Cimahi, Kamis (18/11).
Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Pengendalian, Pemberantasan Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kota Cimahi, dr. Fitriani Manan. Dia mengatakan, jumlah penderita HIV-AIDS di Kota Cimahi meningkat cukup signifikan dengan pola penyebaran di tiga kecamatan di Kota Cimahi.
Berdasarkan data yang dihimpun “PRLM”, perkembangan kasus HIV-AIDS berdasarkan lokasi hingga September 2010, yang paling banyak ditemukan kasus tersebut yakni di Kecamatan Cimahi Utara sebanyak 38 persen. Selanjutnya, di Kecamatan Cimahi Tengah sebesar 24 persen, dan di Kecamatan Cimahi Selatan sebesar 12 persen. Jumlah tersebut ditambah dari lokasi yang tidak diketahui di Kota Cimahi sebesar 26 persen.
Dalam kesempatan itu, Fitri menjelaskan, perkembangan penyakit menular tersebut apabila dilihat dari perkembangan HIV-AIDS berdasarkan jenis kelamin hingga September 2010, rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 3 berbanding 1, dengan asumsi jumlah penderita HIV-AIDS laki-laki sebanyak 80 orang dan perempuan sebanyak 39 orang. Selain itu, sebanyak 10 waria tercatat mengidap penyakit menular itu.
Melihat kondisi tersebut, KPA Kota Cimahi berkomitmen untuk meningkatkan standar pelayanan tambahan kesehatan di Kota Cimahi, selain meningkatkan sinergitas koordinasi antarlembaga. Penyelenggaraan layanan pengendalian HIV-AIDS di Kota Cimahi yakni puskesmas yang sudah ditunjuk untuk melaksanakan program pengurangan dampak buruk pada pengguna jarum suntik (penasun) yang dilengkapi dengan petugas konselor, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di isu HIV-AIDS sebagai mitra kerja utama yang memiliki data menjangkau Kota Cimahi, dan penempatan petugas konselor yang bersertifikat standar World Health Organization (WHO) telah dimiliki RSUD Cibabat dan 10 puskesmas di Kota Cimahi. “Kami akan bekerja keras untuk mereduksi penderita HIV-AIDS di Kota Cimahi,” ucap Fitri.

Kaum Gay Sambut Baik Keputusan Paus Soal Kondom

Vatikan - Juru kampanye hak-hak Gay Petrus Tatchell menyambut baik pernyataan Paus Benediktus XVI mengenai penggunaan kondom. Meski Tatchell mengatakan bahwa hal itu tidak cukup. "Ia telah membuka kemungkinan pelacur laki-laki menggunakan kondom sebagai tindakan tanggung jawab, tetapi mengapa bukan suami dan istri menggunakan kondom untuk melindungi diri terhadap risiko infeksi?"

Untuk menggambarkan pergeseran pandangan yang jelas, Paus mencontohkan pelacur pria untuk menggunakan kondom. "Mungkin dibenarkan untuk kasus-kasus individu, misalnya seorang pelacur laki-laki menggunakan kondom, dimana ini bisa ... pertama sebagai rasa tanggung jawab, untuk kembali mengembangkan pengertian bahwa tidak semuanya diperkenankan dan yang satu tidak bisa melakukan semua keinginan," katanya. "Tapi itu bukan cara yang tepat untuk berurusan dengan infeksi HIV yang mengerikan."

Pernyataan ini terungkap dalam dalam serangkaian wawancara untuk buku baru Paus. Paus mengakui bahwa kondom dalam kasus-kasus tertentu bisa digunakan sebagaimana mestinya untuk mengurangi risiko infeksi dari penyakit kelamin maupun HIV AIDS."Dalam kasus tertentu, yang dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi, hal itu tetap bisa menjadi langkah pertama dan lebih manusiawi," katanya.

Buku baru dengan judul “Light of the World: The Pope, The Church And The Signs Of The Times” didasarkan pada wawancara selama 20 jam dalam bahasa Jerman oleh wartawan Peter Seewald. Sampai saat ini, Gereja Katolik, yang mewakili lebih dari 1,1 miliar pengikut di seluruh dunia, telah melarang setiap bentuk kontrasepsi - selain pantangan- bahkan sebagai pengaman terhadap penyakit menular seksual.

Keputusan ini membuat Paus, yang berusia 3 tahun itu, mendapat kecaman internasional pada Maret 2009 saat kunjungan ke Afrika yang warganya dilanda penyakit Aids. Dia mengatakan, penyakit ini adalah tragedi "yang tidak dapat diatasi melalui distribusi kondom, yang bahkan memperburuk masalah".

Dia menegaskan bahwa penggunaan kondom saja tidak akan menyelesaikan masalah HIV / AIDS. "Hanya terpaku pada masalah kondom membuat seksualitas lebih dangkal dan inilah alasan mengapa begitu banyak orang tidak lagi menemukan seksualitas menjadi ekspresi cinta mereka," lanjutnya.

Buku hasil wawancara ini rencaanya akan diterjemahkan ke dalam 18 bahasa dan kemungkinan akan banyak isu sensitif lainnya, termasuk skandal pedofilia para pastur, selibat dan pentahbisan perempuan.

Pimpinan DPR Turun Tangan

Konflik internal Badan Kehormatan DPR RI tidak akan bisa diselesaikan di internal BK sendiri. Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung mengatakan pimpinan sudah memutuskan penyelesaian konflik internal BK akan diselesaikan dalam forum yang lebih tinggi.
"Penyelesaian ini kan harus dilakukan dengan rapat pimpinan dan fraksi-fraksi. Kami melihat internal badan kehormatan sudah tidak memungkinkan untuk menyelesaikan persoalan ini sehingga perlu ada forum lebih tinggi," ungkapnya di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Selasa (23/11/2010).
Menurut Pramono, forum itu adalah pimpinan DPR dan pimpinan fraksi. Hal ini juga diatur dalam tata tertib DPR RI. Pram mengatakan pertemuan akan digelar pekan ini, sekitar hari Rabu atau Kamis.
Menurut politisi PDI-P ini, penyelesaian konflik internal BK ini akan dilakukan secara proporsional. Pasalnya, BK yang selama ini diberi tanggung jawab untuk melakukan penertiban bagi anggota dewan malah terlibat perseteruan yang mengakibatkannya kehilangan kredibilitas.
"Kemarin dalam rapim memang disepakati ini akan segera diselesaikan dan juga menjadi tanggung jawab masing-masing fraksi hingga kemudian pimpinan akan memfasilitasinya dalam pengambilan keputusan," terang Pramono.
Apakah memungkinkan keputusan penonaktifan anggota BK? "Kita belum bicara itu, tetapi harus ada penyelesaian. Tidak bisa kalau ini kemudian dibiarkan terus berlarut-larut," tandasnya.

Dana BOS Sekolah Swasta Juga "Dicuekin"




Sikap diskriminatif yang ditunjukkan pemerintah kepada sekolah dan guru-guru swasta bukan hanya pada kesetaraan profesi, melainkan juga political will untuk meningkatkan kualitas sekolah swasta lewat dana bantuan operasional pendidikan (BOS). Sekolah-sekolah swasta mengaku tidak mudah mendapatkan dana BOS dari pemerintah.

Sekolah swasta sudah ada sebelum ada sekolah negeri. Sekolah swasta juga memiliki kontribusi, lalu kenapa dibedakan dengan sekolah negeri.
-- Suparman

Demikian diungkapkan Ketua Umum Forum Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman seusai aksi damai 3.000 guru swasta se-Indonesia di Istana Negara dan Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (23/11/2010). Dalam aksinya, para guru swasta tersebut menuntut kesetaraan antara guru swasta dan guru negeri (PNS).
"Sekolah swasta itu sudah ada sebelum ada sekolah negeri. Sekolah swasta juga memiliki kontribusi, lalu kenapa dibedakan dengan sekolah negeri," ucap Suparman kepada Kompas.com.
Selain itu, lanjut Suparman, soal dana BOS untuk SD dan SMP, sekolah-sekolah swasta pun masih tergantung political will dari pemerintah daerah. Untuk memperoleh BOS tidak mudah, bahkan dana yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah siswa di sekolah swasta.
Seperti diberitakan sebelumnya, Koordinator Presidium Guru Swasta Dede Permana mengatakan, pemerintah terlalu diskriminatif memandang guru dan sekolah swasta. Guru swasta masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah.
"Yang lebih menampar kami lagi adalah guru swasta tidak diperbolehkan mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS)," ungkap Dede.
"Keputusan itu sangat mencederai kami. Intinya, kami ingin menuntut hak dan perlakuan yang sama antara guru swasta dan guru negeri karena kontribusi kami di dunia pendidikan juga sama," tambahnya.

Korban Tragedi Festival Air di Kamboja Capai 345 Jiwa foto


 
 
Phnom Penh - Jumlah korban tewas akibat kericuhan di acara festival air di jembatan Phnom Penh terus bertambah. Data terakhir, 345 orang meregang nyawa, sementara 329 lainnya luka-luka.

Stasiun televisi pemerintah melansir, dari total korban tewas, 240 di antaranya adalah wanita.

"Semua orang membawa korban sanak saudaranya, termasuk wanita dan anak-anak," ucap Vann Thon, salah seorang saksi mata. "Semua orang terlihat takut," lanjutnya kepada Reuters, Selasa (23/11/2010).

Saksi lainnya, Huon Khla mengatakan, kepanikan mulai terjadi saat jembatan yang digunakan untuk menyaksikan festival tersebut diisukan goyah. Warga yang ketakutan berebutan lari ke luar jembatan sehingga ada yang terinjak, bahkan tercebur ke sungai.

"Saya terjebak dalam waktu yang lama. Dan itu sangat panas, saya pun kehilangan kesadaran," ceritanya.

PM Kamboja Hun Sen meminta maaf pada rakyatnya atas kejadian ini. Dia memerintahkan investigasi segera tentang penyebab peristiwa yang merenggut korban jiwa terbesar setelah rezim Pol Pot ini.

"Ini adalah tragedi terbesar sejak 31 tahun lalu, setelah rezim Pol Pot," ujarnya. Saat itu, Khmer Merah berkuasa dan diduga telah membunuh sekitar 1,7 juta jiwa di Kamboja.

Peristiwa mengenaskan ini terjadi di jembatan yang menghubungkan kota Phnom Penh dengan sebuah pulau. Saat itu, jutaan orang memadati jembatan untuk menyaksikan final acara festival air yang digelar tiap tahun.

Festival tersebut digelar tiga hari. Warga Kamboja berantusias untuk menyaksikan festival sebagai tanda berakhirnya musim hujan. Selain itu, ada juga adu balap kapal tradisional yang digelar di sungai Tonle Sap.

Kamis, 11 November 2010

Sejarah Patung Liberty

Patung Liberty, kebanggaan dan simbol Kota New York, ternyata bukan dibuat di New York. Patung tersebut, yang ternyata di desain oleh pemahat Prancis, Frederic-Auguste Bartholdi pertama kali dibangun dan disusun di Prancis pada tahun 1874. Patung Dewi Kemerdekaan tersebut dipersembahkan oleh rakyat Prancis kepada rakyat Amerika, sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Amerika yang ke-100. Setelah selesai dibuat di Prancis, patung tersebut dibongkar, dan dikemas dalam 200 muatan besar untuk dikirim ke Amerika. Patung Liberty selanjutnya disusun kembali di Bedloe’s Island di mulut pelabuhan Kota New York. Sedemikian lama proses pengepakan ini, hingga patung Liberty baru bisa diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1886, sepuluh tahun setelah HUT kemerdekaan Amerika yang ke-100. Dengan tinggi 46 meter dan berat 204 ton, Patung Liberty berdiri diatas landasan setinggi 46 meter. Bagian dalamnya diisi oleh rangka baja, sementara bagian luarnya dibuat dari plat tembaga. Rangka baja patung Liberty, dibuat dan dirancang oleh Gustave Eiffel, orang yang juga merancang dan membangun Menara Eiffel.

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

Senin, 25 Oktober 2010

"Nusantara" dan "Kepulauan Melayu"

Literatur-literatur Eropa berbahasa Inggris (lalu diikuti oleh literatur bahasa lain, kecuali Belanda) pada abad ke-19 hingga sekarang sering menyebut wilayah kepulauan antara benua Asia dan Australia yang dihuni oleh cabang ras Mongoloid yang disebut ras Melayu (Malay), menggunakan satu rumpun bahasa yang sama (Austronesia), serta saling berhubungan satu sama lain dengan menggunakan satu corak bahasa Melayu (bahasa Melayu Pasar) sebagai Malay Archipelago ("Kepulauan Melayu").
"Nusantara" pada zaman Majapahit dan Kepulauan Melayu yang merupakan dasar dari konsep (Alam Melayu) adalah dua konsep yang memiliki kesamaan cakupan geografis namun terdapat perbedaan sejarah sehingga dua konsep ini tidak dapat digunakan untuk merujuk hal yang sama.
Konsep "Nusantara" murni berasal dari kebudayaan asli Indonesia (Majapahit). Hal ini terlihat dari kata Nusantara sendiri yang tidak diambil dari bahasa asing (India). Bangsa Indonesia sebagai keturunan asli (bukan pendatang) dari Majapahit memiliki hak mutlak atas terminologi Nusantara. Sebagai pewaris terminologi Nusantara, maka hakikat dari definisi terminologi ini yaitu wilayah negara adalah tetap. Jikalau pada asalnya Nusantara merujuk ke wilayah Majapahit, maka sekarang Nusantara merujuk pada wilayah Indonesia.
Sedangkan konsep Kepulauan Melayu sebenarnya digunakan oleh bangsa asing untuk merujuk wilayah dimana penduduknya menggunakan rumpun bahasa Austronesia. Penggunaan kata Melayu sendiri tidak dimaksudkan untuk merujuk pada suku Melayu, namun lebih kepada karena kata "me-la-yo" yang ditemukan di Jambi merupakan kata tertua pada saat itu. kata "me-la-yo" ini sebenarnya hanya merujuk sebagian kecil wilayah jambi dan tidak memiliki cakupan seluas "Nusantara". Pada perkembangannya sebagian penduduk di Asia Tenggara menyalahartikan kata Kepulauan Melayu sebagai konsep epicentris dimana Melayu (Melayu Malaysia) sebagai pusat peradaban di wilayah Kepulauan Melayu (Austronesia).[rujukan?]
Dari kesalahan arti Kepulauan Melayu, kemudian juga berkembang konsep ras Melayu. Konsep ini jelas merupakan suatu kesalahan karena etnis Melayu merupakan salah satu kelompok etnis, sama seperti Jawa, Sunda, Bali, dll.
Mengingat penyimpangan dari konsep Kepulauan Melayu ini dan juga perbedaan sejarah dari kedua terminologi maka terminologi Nusantara dan Kepulauan Melayu adalah terminologi yang berbeda.

Nusantara dalam konsep kenegaraan Jawa

Dalam konsep kenegaraan Jawa di abad ke-13 hingga ke-15, raja adalah "Raja-Dewa": raja yang memerintah adalah juga penjelmaan dewa. Karena itu, daerah kekuasaannya memancarkan konsep kekuasaan seorang dewa. Kerajaan Majapahit dapat dipakai sebagai teladan. Negara dibagi menjadi tiga bagian wilayah: Negara Agung, mancanegara, dan nusantara. Negara Agung merupakan daerah sekeliling ibukota kerajaan tempat raja memerintah. Mancanegara adalah daerah-daerah di Pulau Jawa dan sekitar yang budayanya masih mirip dengan Negara Agung, tetapi sudah berada di "daerah perbatasan". Dilihat dari sudut pandang ini, Madura dan Bali adalah daerah "mancanegara". Selain itu Lampung dan juga Palembang juga masih bisa dianggap daerah "mancanegara". Nusantara adalah daerah di luar pengaruh budaya Jawa tetapi masih diklaim sebagai daerah taklukan: para penguasanya harus membayar upeti.
Gajah Mada menyatakan dalam Sumpah Palapa: Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada : Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Hujung Medini (Semenanjung),samana ingsun amukti palapa.
Kitab Negarakertagama mencantumkan wilayah-wilayah "Nusantara", yang pada masa sekarang dapat dikatakan mencakup sebagian besar wilayah modern Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, dan Papua Barat) ditambah wilayah Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan.
Secara morfologi, kata ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuna|Sanskrit nusa ("pulau") dan antara ("gugusan"). Sedangkan Nuswantara berasal dari kata nusa ("bangsa-bangsa") swa (yang "mandiri/merdeka") anta ("suci/ anak dari dewa/ keturunan mulia") dan tara ("kesatria kebenaran").

Nusantara

Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Istilah lain yang dikenal adalah Nuswantara
Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16), namun untuk menggambarkan konsep yang berbeda dengan penggunaan sekarang. Pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara[1] sebagai nama alternatif untuk negara lanjutan Hindia-Belanda. Setelah penggunaan nama Indonesia disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Malaysia memakai istilah ini namun dalam pengertian yang agak berbeda. Di Malaysia, istilah ini lazim digunakan untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina.

Politik

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. [1]
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris):
"... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. [1]
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
"Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. [1]
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia").

Sejarah nama Indonesia

Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama.
Kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan").
Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.

Era reformasi

Pemerintahan Habibie

Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pemerintahan Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.

Pemerintahan Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.

Era kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan

Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.

Perang kemerdekaan

Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.

Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.

Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.

Nasib Irian Barat

Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).

Gerakan 30 September

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.

Era Orde Baru

Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.

Irian Jaya

Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.

Timor Timur

Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.

Krisis ekonomi

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.

Kolonisasi VOC

Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Logo VOC
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Garis waktu kolonialisasi

Kolonialisasi Spanyol

  • 1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara
    • 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
    • 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial Spanyol.
    • 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba mempengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang berakhir tahun 1692.

Kolonialisasi Portugis

  • 1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.
  • 1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
    • 10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
    • Sultan Melaka melarikan diri ke Riau.
    • Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
    • Patih Unus menaklukkan Jepara
    • Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
  • 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
    • Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate.
  • 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
    • Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit
    • Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
    • Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
  • 1514
    • Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama.
  • 1515
    • Portugis pertama kali tiba di Timor.
  • 1518
    • Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johore.
    • Raden Patah meninggal dunia; Patih Unus menjadi Sultan Demak.
  • 1520
    • Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
    • Rakyat Bali menyerang Lombok.
    • Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
    • Banjar di Kalimantan menjadi Islam.
15211530
  • 1521
    • Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
    • Portugis merebut Pasai di Sumatra;
    • Gunungjati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
    • Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaenz mengeliling dunia berlayar antarapulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
  • 1522
    • Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
    • Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
    • Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak kerjasama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
    • Sisa-sisa ekspedisi Magelhaenz berkeliling dunia mengunjungi Timor.
    • Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
  • 1523
    • Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
  • 1524
    • Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan Demak.
    • Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra utara.
  • 1525
    • Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di Lampung.
  • 1526
    • Portugis membangun benteng pertama di Timor.
  • 1527
    • Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
    • Demark merebut Tuban.
    • Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda. Fatahilah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon.) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
    • Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
    • Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku.
  • 1529
    • Demak menaklukkan Madiun.
    • Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
  • 1530
    • Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
    • Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Balambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
    • Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
    • Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
15311540
  • 1536
    • Serangan besar Portugis terhadap Johore.
    • Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon.
    • Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis activity, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
  • 1537
    • Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I.
  • 1539
    • Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
  • 1540
    • Portugis berhubungan dengan Gowa.
    • Kesultanan Butung didirikan.
15411550
  • 1545
    • Demak menaklukkan Malang.Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.
  • 1546
    • Demak menyerang Balambangan namun gagal.
    • Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
    • St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan Ternate.
  • 1547
    • Aceh menyerang Melaka.
  • 1550
    • Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
15511560
  • 1551
    • Johore menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Jepara.
    • Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
  • 1552
    • Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
    • Aceh mengirim duta ke Sultan Ottoman di Istanbul.
  • 1558
    • Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.
    • Portugis membangun benteng di Bacan.
    • Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang.
    • Wabah cacar di Ternate.
  • 1559
    • Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.
  • 1560
    • Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa.
    • Spanyol mendirikan pos di Manado.
15611570
  • 1561
    • Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.
    • Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
  • 1564
    • Wabah cacar di Ambon.
  • 1565
    • Aceh menyerang Johore.
    • Kutai di Kalimantan menjadi Islam.
  • 1566
    • Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
  • 1568
    • Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
  • 1569
    • Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
  • 1570
    • Aceh menyerang Johore lagi, namun gagal.
    • Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis, tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya. Babullah menjadi Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
    • Maulana Yusup menjadi Sultan Banten.
15711580
  • 1571
    • Alaudin Riayet Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
  • 1574
    • Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
  • 1575
    • Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore.
  • 1576
    • Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
  • 1577
    • Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
  • 1579
    • Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
    • November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.
  • 1580
    • Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
    • Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.
    • Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania.
    • Ternate menguasai Butung.
  • 1581
    • Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.
  • 1584
    • Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
  • 1585
    • Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
    • Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai.
  • 1587
    • Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
    • Portugis di Melaka menyerang Johore.
    • Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
    • Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
  • 1588
    • Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.
  • 1590
    • Desa asli Medan didirikan.
15911659
  • 1591
    • Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
    • Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.
    • Ternate menyerang Portugis di Ambon.
  • 1593
    • Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
  • 1595
    • 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
    • Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan Banjarmasin).
    • Portugis membangun benteng di Ende, Flores.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More